Tapteng – Pembangunan dinding pembatas jalan atau Turap Penahan Tanah (TPT) di Desa Unte Mungkur I, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) diduga asal jadi.
Pasalnya, kualitas bangunan terlihat sudah retak. Diduga campuran material yang digunakan tidak sesuai dengan semestinya
Tak hanya itu, kondisi bangunan juga tampak miring keluar (ke arah parit), sehingga dikhawatirkan bangunan tidak bisa bertahan lama.
Ketika awak media menyusuri ke sekitar lokasi pembangunan, juga tidak ditemukan papan plank proyek.
Dengan demikian, diduga pembangunan tidak transparan dan diduga ditutup-tutupi. Sehingga masyarakat tidak mengetahui berapa jumlah dana dan darimana sumber dana yang digunakan dalam pembangunan tersebut.
Salah seorang sumber yang berada di lokasi ketika dimintai keterangan, mengungkapkan, bahwa bangunan tersebut banyak mengalami keretakan. Bahkan bangunan penahan tanah itu sudah miring ke arah parit.
“Inikan sudah retak-retak ini, ini lihatlah, disana juga sudah retak, bangunannya juga entah gimana, asal-asalannya ini,” kata sumber yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dijelaskannya, bangunan penahan tanah yang dilaksanakan oleh Pemdes Unte Mungkur I itu tidak akan bertahan lama, diduga akibat dari kemiringan bangunan.
“Kalau masuk mobil besar kesini, untuk mengangkut sawit warga, mau juga bertambah miring bangunan ini, karena kalian lihat sendirilah gimana bangunannya, tidak ada penahannya,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Unte Mungkur I, Rapain Situmeang, sama sekali tidak merespon saat dikonfirmasi.
Kepala Desa tersebut hanya membaca pesan WhatsApp yang dikirimkan oleh awak media ini, bahkan ketika ditelpon juga tidak diangkat.
Namun yang lebih mengherankan, salah seorang oknum yang mengaku dari LSM Perkara tiba-tiba menelpon awak media ini dan seolah-olah ingin mengintervensi. Diduga oknum tersebut adalah orang suruhan Kepala Desa.
“Ada apa rupanya di Desa Unte Mungkur I, sehingga kok gitu apanya, ada rupanya pamitan dari Kepala Desa nya itu,” tanya dia.
Ketika ditanyai apa urusannya dengan dirinya, oknum tersebut seolah merasa keberatan.
“Itu kampung saya, saya pak Uban Hutagalung. Itu jangan kalian kek gitu, ada rupanya kalian pamitan dari Kepala Desa nya itu,” kata oknum itu lagi.
“Bukan saya Kepala Desa nya, tapi itu kampung saya, duluan dulu mayat saya langkahi, baru masuk ke situ. Iya saya hebat kok. Atau mau jumpa kita sama-sama Media ya gak apa-apa,” ketusnya menantang awak media ini.
Tanpa alasan yang jelas, oknum tersebut juga seolah menuduh awak media membodoh-bodohi aparat pemerintah Desa.
“Iya saya keberatan, apa rupanya masalahnya itu ? Jangan kita mau bodoh-bodohi, kita apa-apain semua, langsung di foto-foto, apa rupanya disitu, apa rupanya di kampung itu,” ujar oknum itu.
Saat wartawan menanyakan kalau tidak ada yang menyalahi, kenapa jadi oknum tersebut yang heboh dan apa kapasitas beliau.
“Saya heboh, kampung saya itu kok, tanah kelahiran saya itu kenapa rupanya ? Saya merasa keberatan mau kalian apa-apakan, kirim Facebook, kirim apa, kirim begini, kirim begitu. Jangan selalu kek gitu kalian. Kalau sama-sama di Media, jangan begitu, konfirmasi dulu sama ke aparat Desa nya, apanya pun, konfirmasi dulu, siapa yang membawakan. Maling kalian semua,” ketus oknum itu.
Saat wartawan mengatakan bahwa yang berwenang menjawab itu adalah Kepala Desa, si oknum malah berontak dan mengulang perkataannya mengatakan awak Media maling.
“Supaya kau tau, saya lah pak Uban, munculkan muka mu, supaya tau saya meludahi muka mu itu dulu. Mau kau rekam pun, mau apa pun, silahkan sama siapapun tidak takut saya, mengadu pun kau tidak takut saya,” tandasnya dengan nada tinggi.
Atas hal ini, diiminta kepada aparat terkait, Inspektorat Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kejaksaan Negeri Sibolga, agar mengecek kembali kualitas bangunan.
Dikhawatirkan dana yang diduga bersumber dari negara tersebut dan dengan kualitas bangunan yang ada, diduga sarat korupsi.
Program dari Presiden Jokowi ini diduga masih saja hanya menguntungkan oknum-oknum nakal yang merugikan negara.