Kejari Labuhanbatu Hentikan Penuntutan Terpidana KDRT Berdasarkan Restoratif

665
Kejari
Kajari Labuhanbatu Jefri Penanging Makapedua, SH.,MH, Kasi Pidum H Sidahuruk, SH.,MH, dan JPU serta keluarga terpidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dengan tersangka Pendi Sianturi dan korban KARMI SAGALA masih terikat hubungan perkawinan berdasarkan Surat Keterangan Kawin (Surat Hatorangan Hot Ripe) tanggal 23 Agustus 1993 yang dikeluarkan oleh Pendeta PJ. Ompusunggu
Labuhanbatu-Kejaksaan Negeri (Kejari) Labuhanbatu berhasil melakukan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif, terhadap perkara tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), bahwa Tersangka Pendi Sianturi melanggar Pasal 44 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2004 Tentang KDRT sebagaimana Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan Kepala Kejaksaan Negeri Labuhanbatu (RJ-14) Nomor : 03/L.2.18/Eku.2/03/2022 tanggal 7 Maret 2022, demikian diungkapkan Kajari Labuhanbatu Jefri Penanging Makapedua, SH.,MH, melalui Kasi Intel Kejari Labuhanbatu Firman Hermawan Simorangkir, SH.,MH, Senin (07/03/2022)

Menurut Kasi Intel Kejari Labuhanbatu menerangkan bahwa Tersangka sebagaimana berkas perkara hasil penyidikan Nomor : BP/11/I/RES.1.6/2022/Reskrim tanggal 17 Januari 2022, melakukan perbuatan melawan hukum tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga melanggar Pasal 44 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2004, yang mana tersangka dan saksi korban KARMI SAGALA masih terikat hubungan perkawinan berdasarkan Surat Keterangan Kawin (Surat Hatorangan Hot Ripe) tanggal 23 Agustus 1993 yang dikeluarkan oleh Pendeta PJ. Ompusunggu dan Guru Huria HR.

“Proses penanganan perkara atas nama Tersangka Pendi Sianturi telah dilakukan Tahap II (penyerahan tersangka dan barang bukti) pada tanggal 23 Februari 2022 dengan status menjadi tahanan penuntut umum sampai tanggal 14 Maret 2022. Mengacu kepada Peraturan Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 Tentang Penghentian Penuntutan Berdasarkan Keadilan Restoratif, dan mengingat serta mempertimbangkan adanya niat perdamaian antara korban dan tersangka,” Ungkap Kasi Intel Kejari Labuhanbatu

Kemudian menurut Kasi Intel Kejari Labuhnabatu Penuntut umum secara persuasif menawarkan upaya perdamaian kepada korban dan tersangka, dengan hasil sepakat untuk melakukan perdamaian, upaya perdamaian tersebut dihadiri oleh Pihak Penuntut Umum, Penyidik, Korban, Tersangka, dan Keluarga Tersangka, yang sebagaimana Surat Perdamaian tanggal 25 Februari 2022 antara Pendi Sianturi (Tersangka) dan Karmi Sagala (Korban).

“Berdasarkan Surat Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatara Utara Nomor : R-2132/L.2/Eku.2/03/2022 tanggal 7 Maret 2022 dinyatakan disetujui untuk melakukan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif dalam perkara tindak pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga atas nama Pendi Sianturi melanggar Pasal 44 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dengan pertimbangan
Bahwa tersangka baru pertama kali melakukan tindak pidana,” Tambah Kasi Intel Kejari

Kemudian diterangkannya tentang pertimbangna lainnya yaitu bahwa tersangka melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (Lima) tahun atau denda paling banyak Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah), telah ada kesepakatan perdamaian antara korban dengan tersangka sebagaimana Surat Perdamaian tertanggal 25 Februari 2022.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini