Tanjungbalai- Pangkalan TNI AL (Lanal) Tanjung Balai Asahan melepas ribuan ekor anak penyu hijau atau yang disebut tukik di Pulau Jemur Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau Kepulauan ini menjadi daya tarik populer di Provinsi Riau adalah Kepulauan Arwah di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Kepulauan yang terletak di Selat Malaka itu memiliki sembilan gugusan pulau dan merupakan bagian dari 92 pulau terdepan yang berada di Indonesia.
Komandan Lanal TBA Letokol Laut (P) Robinson Hendrik Etwiory,S.E., memimpin langsung pelepasan tukik bersama Ketua Cabang 7 Korcab I DJA I Ny. Shinta Etwiory serta didampingi Danposal Pulau Jemur, Letda Laut (P) Lamhot M.S, bersama Danpomal Tanjung Balai Asahan Lettu Mar (PM) Jailani yang dihadiri oleh Sekdakab Rohil Job Kurniawan, beserta kepala OPD terkait, Dandim 0321/Rohil, Kepolisian dan Kades Pulau Jemur.
Pulau Jemur ini termasuk pulau yang terluar dari wilayah yang diawasi oleh Lanal TBA juga Beberapa pulau di Kepulauan Arwah yaitu Jemur, Pertandangan, Batu Mandi, Batu Adang, Batu Berlayar, Tokong Mas, Tokong Simbang, Labuhan Bilik, dan Tokong Pucung. Dari semua pulau tersebut, yang patut kita kunjungi karena keelokan aspek wisatanya adalah Pulau Jemur yang cukup menarik pengunjung wisata yang berada di seluruh nusantara.
Dalam kesempatan tersebut Danlanal TBA Lekol Laut (P) Robinson Hendrik Etwiory, S.E., mengatakan, “TNI AL di samping melaksanakan pengawasan dibidang pertahanan dan kemanan wilayah, TNI AL juga berperan dalam melestarikan satwa langka untuk membantu pemerintah salah satunya dengan melakukan konservasi penyu hijau, yang mana penyu hijau atau tukik ini merupakan salah satu hewan langka, dan butuh pelestarian habitatnya.
Pulau Jemur yang memiliki luas 3,5 km persegi dan menjadi tempat habitat penyu hijau. Sehingga kita berkewajiban untuk menjaga kelestarian satwa ini melalui konservasi Cagar Alam agar tidak punah secara geografis dan administratif, Pulau Jemur termasuk wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Meski bagian dari Kabupaten Rokan Hilir, letak Pulau Jemur ini cukup jauh, sekitar 47,30 Nautical Mile atau sekitar 87,59 km dari Paspotmar Bagan Asahan dan 64,3 km dari Pelabuhan Klang di Malaysia. Pulau yang sekarang telah didirikan mercu suar dan pos TNI AL itu kerap menjadi tempat singgah para nelayan di sekitar Kepulauan Riau.
Tak heran jika aktivitas pulau itu relatif ramai ketimbang pulau lain yang berada di sekitarnya. Walaupun jauh dari Paspotmar, namun kini mulai menjadi tujuan wisata. Daya tariknya area konservasi penangkaran penyu, situs peninggalan kuno, serta cerita hikayat legendanya yang sekarang menjadi fenomenal Cagar Alam untuk habitat penyu hijau atau yang biasa di kenal dengan sebutan tukik.
Pulau ini tampak indah diisi dengan vegetasi yang rapat berupa hutan pantai. Melihat pesona keelokan pulau itu, hati terasa sejuk meski berada di tengah lautan. Ekowisata Cagar Satwa Pulau Jemur dikelilingi pasir pantai yang cenderung berwarna kuning nan bersih. Air laut di Pulau Jemur cukup jernih dan merupakan tempat ideal bagi penyu meletakkan telurnya pada malam hari.
Kepulauan Jemur ini yang berada di gugusan Kepulauan Arwah telah dijadikan cagar satwa langka, terutama untuk dijadikan tempat penangkaran penyu. Pulau Jemur ini menurut ceritanya dulu pernah dimasukkan peta pariwisata Malaysia itu memang memiliki habitat berupa penyu hijau (Chelonia mydas) yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia sehingga perlu upaya perlindungan terhadap hewan yang berhabitat laut seperti penyu hijau atau tukik.
Danlanal TBA Lekol Laut (P) Robinson Hendrik Etwiory, S.E., bersama Ketua Cabang 7 Korcab I DJA I Ny. Shinta Etwiory bersama rombongan Lanal TBA menyaksikan saat penyu bertelur, bahkan sampai mengembalikan penyu hijau kembali kehabitatnya lautan pulau jemur salah satu cara menikmati pulau itu.
Dalam setiap kali bertelur, penyu hijau sanggup mengeluarkan 100 hingga 150 telur yang kemudian ditutup dengan pasir untuk ditetaskan. Karena dijadikan cagar satwa langka, di pulau itu terdapat pusat penangkaran penyu. Penyu itu ditangkarkan demi kelestarian populasi di habitatnya yang kian terancam.
“Penangkaran penyu di Pulau Jemur ini dijadikan tempat ekoturisme oleh pertahanan daerah,” ujar Komandan Lanal TBA Robinson Hendrik Etwiory. Beberapa gugusan terumbu karang di perairan Kepulauan Arwah yang dangkal juga memiliki potensi untuk dijadikan titik selam dan aktivitas bahari seperti snorkelling, spot mancing bagi pecinta cagar alam.
Formasi terumbu karang di sini masih asli, lestari, dan belum banyak dinikmati oleh pencinta pemandangan bawah laut. Selain pesona berupa penyu, di Pulau Jemur juga kita bisa mengunjungi mercu suar yang berdiri gagah, gua pertahanan Jepang, serta situs tapak kaki yang dipercaya sebagai tapak kaki orang sakti, perigi tulang, dan batu Panglima Layar menurut legendanya.
Meski tergolong cukup strategis letaknya, antara Riau dan Malaysia, industri wisata di Kepulauan Arwah, terutama di Pulau Jemur sebagai ikonnya, belum tergarap dengan baik. Belum ada fasilitas penginapan. Jika berkunjung dan hendak menginap, tentunya kita harus mendirikan tenda atau menginap di pos TNI AL atau tempat penangkaran penyu. Meski sekarang belum tergarap, Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir berencana menjadikan pulau itu sebagai tujuan ekoturisme dan wisata pendidikan.
Pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hilir, pada tahun 2012 lalu, telah dibangun dermaga bagi kapal-kapal wisata. Saat ini, untuk mencapai pulau itu, pengunjung menyewa perahu nelayan atau speedboat dari Bagansiapiapi. Perjalanan sejauh 72 km dapat ditempuh lebih kurang dua jam, bergantung pada kecepatan perahu dan kondisi cuaca.
Karena dikenal sebagai habitat penyu, Pulau Jemur dinamakan Pak-ku oleh para penduduk di pesisir Rokan Hilir. Arti dari Pak-ku adalah penyu dari udara. Sejauh ini, aspek kelestarian habitat bertelurnya penyu-penyu tersebut lumayan cukup terjaga dari tangan jahil karena keberadaan pos TNI AL Lanal TBA. Namun, Pemerintah Rokan Hilir tetap melakukan kegiatan penangkaran untuk meningkatkan populasi hewan reptil laut berkerapas keras itu.
Telur penyu yang berhasil menetas akan diletakkan dalam wadah khusus untuk ditangkarkan. Setelah umurnya menginjak 4-6 bulan, tukik (anak-anak penyu) hasil penangkaran tersebut dilepaskan ke laut. Memang diperlukan waktu penangkaran yang sangat lama agar penyu mampu bertahan di lautan dengan bermacam predator yang mengancam.
Meski dapat bertelur dengan jumlah banyak, populasi penyu tidak bertambah banyak. Selain karena ancaman predator dan perburuan, penyu mendapat ancaman dari penyu itu sendiri.
Menurut Anda Suriyadi, petugas penangkaran penyu di Pulau Jemur, ketika berada di penangkaran, tukik memang sering memakan temannya sendiri yang umurnya lebih kecil sehingga harus dipisahkan.
Tukik harus diberi makan pagi dan sore dengan ikan laut secara rutin. Jika lalai, tukik dapat saling bunuh. Oleh karena itu, petugas tidak boleh malas dalam memberi makan agar penyu di Pulau Jemur semakin lestari dan menjadi modal daya tarik wisata.
Meski keberadaan di pesisir timur Pulau Sumatra. Dengan semangat juang Komandan Lanal beserta rombongan populasi penyu hijau atau tukik tetap merasa aman dengan bertelur di pesisir pantai pulau jemur terlihat penyu hijau atau tukik yang kerap kali berlindung di pulau itu. Adanya pos TNI di bawah pengawasan TNI-AL TBA membuat hewan Satwa langka merasa aman di pulau tanpa penduduk tersebut.
Pos TNI dibangun untuk pertahanan. Apalagi pulau itu pernah masuk situs pariwisata Malaysia sehingga perlu dilindungi dari ancaman asing. Dari pantauan sejarah, pulau itu pernah masuk peta Kerajaan Siak Riau di daratan Sumatera. Oleh karena itu, pulau-pulau di Kepulauan Arwah dan Jemur juga memiliki legenda unik terkait dengan penyu dan keberadaan peninggalan fisik di sana. (Penulis : Ilhamsyah)