Medan- Pemko Medan mulai mengoperasikan eks Hotel Soechi International yang berlokasi di Jalan Cirebon menjadi tempat isolasi terpadu penanganan Covid-19. Warga terkonfirmasi positif Covid-19, baik yang tanpa gejala maupun bergejala ringan, akan dirawat sampai sembuh di bekas hotel berbintang empat yang merupakan aset Pemko Medan itu.
“Penanganan Covid-19 harus dilakukan mulai dari hulu sampai hilir, tidak boleh dilakukan sepenggal-sepenggal. Oleh karenanya dalam rapat dengan unsur Forkopimda Kota Medan tadi, kita membahas tempat isolasi terpadu penanganan Covid-19. Kita ingin penanganan mulai dari hulunya hingga penyembuhan dilakukan dalam gedung isolasi terpadu. Kita minta Minggu (1/8) ini sudah dibuka dan dilaksanakan di eks Hotel Soechi International yang merupakan aset kita sendiri,” kata Wali Kota Medan Bobby Nasution saat ditemui wartawan di kantor Wali Kota Medan, Jumat (30/7) sore.
Didampingi Dandim 0201/BS Kol Inf Agus Setiandar, Kapolrestabes Medan Kombes Pol Riko Sunarko, Sekda kota Medan Wiriya Alrahman, Plt Kadis Kesehatan Kota Medan Syamsul Arifin Nasution serta manajemen RSU Royal Prima, Bobby Nasution menjelaskan, 5 rumah lebih dalam satu lingkungan yang terkonfirmasi positif Covid-19 masuk dalam zona merah lingkungannya.
“Zona merah di lingkungan, warganya yang positif Covid-19, wajib masuk dalam isolasi terpadu. Begitu juga dengan 3 sampai 5 rumah dalam satu lingkungan yang bertahan dalam zona orange selama sebulan, juga kita minta warganya yang positif Covid-19 diwajibkan masuk dalam isolasi terpadu di ex Hotel Soechi International,” kata Bobby Nasution.
Selain itu, kata Bobby Nasution, bagi warga masyarakat yang datang sendiri dan ingin merasa lebih nyaman, enak dan diperhatikan untuk diisolasi terpadu di ex Hotel Soechi International, dipersilakan datang dan akan dilayani dengan baik.
Terkait itu, imbuh Bobby, pihak manajemen RSU Royal Prima yang membantu pengelolaan manajemen penanganan Covid-19 mulai dari terkonfirmasi positif hingga penyembuhan akan mendatangkan sumber daya manusia (petugas medis) dan mulai menginap di ex Hotel Soechi International mulai, Sabtu (31/7). Begitu juga dengan peralatan medisnya, jelasnya, sudah masuk semua.
“Insya Allah, besok mereka sudah bertugas di sana,” ungkapnya.
Selanjutnya menjawab pertanyaan wartawan tentang semakin menipisnya stok vaksin di Kota Medan, Bobby Nasution mengakuinya. Kondisi ini, ungkapnya, tidak hanya terjadi di Medan saja, tapi juga di sejumlah daerah lainnya di Sumut. Bahkan, jelasnya, beberapa kali sudah disampaikan dalam rapat dengan Menko Perekonomian dan Menteri Kesehatan. Kondisi itu, paparnya, menyebabkan 40 % warga yang sudah divaksin dosis pertama hingga kini belum disuntikkan vaksin dosis kedua.
“Stok vaksin saat ini sangat minim. Agustus minggu pertama, kemungkinan baru bisa masuk lagi. Bagi warga yang sudah divaksin dosis I namun dosis II terlambat, vaksinnya tidak gagal sama sekali dan masih boleh divaksin untuk dosis kedua. Ini yang harus dipahami oleh masyarakat, tidak gagal juga tidak harus mengulang kembali dari awal,” jelasnya.
Bobby Nasution mengatakan, stok vaksin saat ini tidak seimbang dengan target yang telah ditetapkan. Target vaksinasi, sebutnya, 10.000/hari. Kemarin, sisa vaksin 8.000 dan yang baru masuk hanya 100 vial (1.000 vaksin).
“Setengah hari habis yang 1.000 vaksin itu. Makanya, kita minta kemarin yang dosis II diutamakan,” terangnya.
Selanjutnya menyikapi meningkatnya kasus Covid-19 di Kota Medan, Bobby Nasution mengatakan, bed di RSUD Dr Pirngadi sudah ditambah 200 bed dan ruang ICU 22 bed. Penambahan bed dan peralatan medisnya dibantu oleh Kementrian Kesehatan, sedangkan pembangunannya dibantu Kementrian PUPR untuk peralatan medisnya.
Selain RSUD dr Pirngadi, jelas Bobby Nasution, RSUP H Adam Malik juga dilakukan penambahan bed. Di kedua rumah sakit itu dikhususkan untuk menangani warga positif Covid-19 dengan gejala berat.
Untuk yang di ex Hotel Soechi International, tegas Bobby Nasution, dikhususkan untuk warga yang positif Covid-19 dengan gejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG).
“Apapun alasannya,gejala ringan maupun OTG kita wajibkan masuk isolasi terpadu. OTG ini sebenarnya yang berpotensi menyebarkan Covid-19 lebih tinggi dari pada yang bergejala ringan. Sebab, yang bergejala ringan biasanya di rumah istirahat, namun yang OTG, sehari dua hari istirahat di rumah, namun karena bosan dan merasa tidak ada apa-apa kemudian cari makan ke luar. Apalagi saat ini sudah diperbolehkan 20 menit makan di tempat, kita tidak tahu orang yang berada di sebelah kita ternyata OTG,” ungkapnya. (Afs)