Tapanuli Utara- Bimbingan Teknis IKM penenun Ulos di Tapanuli Utara oleh Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Direktorat Jenderal industri kecil, menengah dan aneka bersama Direktorat industri aneka dan industri kecil dan menengah kimia, sandang dan kerajinan.
Sebanyak 25 orang penenun ulos di Kabupaten Tapanuli Utara mengikuti bimbingan teknis terkait pengelolaan serat daun nenas di kota wisata Muara selama tiga hari (23/26). Harapannya agar para penenun mahir mengenai teknik pengolahan inovasi penggunaan bahan baku baru ini.
“prakatek ekstraksi serat daun nanas menggunakan mesin dekortikator, cara manual dan proses pemintalan, diakhiri perkenalan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM),” ujar instruktur Alan Sahroni kepada media ini, di room meeting Hotel GNB Kecamatan Muara, Jumat (35/6/2021),
Ketua Dekranasda Taput, Satika Simamora, yang hadir dalam pelatihan tersebut, antusias melihat peserta bimtek, mulai pembukaan sampai penghujung pelatihan dengan memberikan motivasi kepada peserta.
“Ini baru awal, harus tetap belajar untuk peningkatan, kedepan harus ada gebrakan, mari mamfaatkan kesempatan ini, harus bisa mandiri dari sekarang, ini juga untuk masa depan kalian dan anak anak kelak,” harap Satika
Satika menekankan kepada peserta agar ilmu yang diserap selama pelatihan dapat diturunkan pada warga dilingkungan maupun desanya.
“Saya yakin para peserta akan dapat mengaplikasikan ini di lapangan dan berbagi ilmunya tentang pengelolaan serat daun nenas kepada masyarakat luas, agar desanya juga mandiri, hasil seratnya seperti ini, kita yakini dapat menjadi alternatif dalam tranformasi bahan baku benang dan kain ke depan, terutama daerah Taput juga merupakan daerah penghasil nenas,” kata Satika.
Leader pembingbing Alan Sahroni mengatakan, secara keseluruhan antusias dan semangat mengikuti setiap prosesnya. Bahkan ibu-ibu juga mencoba proses ekstraksi dengan mesin dekortikator yang pengoperasiannya agak berat dan idealnya dilakukan laki-laki.
“Hari ini kami sedang memproses pengolahan serat daun nenas seperti penyambungan benang, membordir dan membuat kerajinan,” sebut Alan
“Saya optimis, cara mereka mengikuti pelatihan dengan cukup antusias, paling tidak mereka telah mengusai teknik dasarnya,” tambahnya
Kendati demikian, sebut Sahroni, terkait kualitas dan kuantitas memang masih perlu jam terbang. Tetapi keseluruhan apa yang sampaikan pada pelatihan penenun akan dapat mengaplikasika dengan cepat dilapangan.
Secara spesifik, ilmu apa yang telah mereka peroleh dari hasil pelatihan ini? “sudah beragam. Tetapi paling utama ke depan mereka sudah dapat memproduksi serat daun nenas dengan 2 cara yakni dengan cara manual dan mesin dekortikator,” tandasnya
Amatan awak media ini, peserta sudah menghasilkan benang terbuat dari serat daun nenas dan kain serat daun nenas yang dilanjutkan dengan membordir kain serat nenas, lainnya ada yang sudah merajut serat menjadi kerajinan tangan.
salah seorang peserta, Krisman Simorangkir, yang selama ini berprofesi sebagai penenun ulos mengaku sangat tertarik dengan pelatihan ini.
“terimahkasih buat Kementerian Perindustrian dan Pemkab Taput maupun ibu ketua dekranasda, kami sangat termotivasi, yang telah banyak mengajari kami tentang tenunan untuk berkreasi.kami sangat mengapresiasi panitia bimtek ini,” ungkapnya
“Ternyata membuat serat dari daun nenas tidak terlalu sulit. Hanya saja dibanding benang yang diproduksi mesin selama ini memang lebih panjang,” tandasnya. (Henry)