Medan- Wali Kota Medan Bobby Nasution sangat menyayangkan terjadinya penyuntikan vaksin diduga kosong yang dilakukan petugas vaksinator terhadap salah seorang murid SD Wahidin di Kecamatan Medan Labuhan saat berlangsung vaksinasi untuk anak usia 6-11 tahun. Ditegaskannya, semua harus bertanggung jawab, baik itu perawat yang melakukan penyuntikan, dokter maupun penanggungjawab pelaksana kegiatan vaksinasi tersebut.
Menurut Bobby Nasution, pasca beredarnya video viral vaksin diduga kosong, ia telah menanyakan langsung kepada Kadis Kesehatan Kota Medan Taufik Ririansyah. Ternyata tidak ada puskesmas maupun pegawai dari Pemko Medan yang terlibat dalam pelaksanaan vaksinasi tersebut. “Jika vaksinasi itu dilakukan Pemko Medan, kami wajib bertanggungjawab sebagai penanggungjawab pelaksana vaksinasi,” kata Bobby Nasution dalam doorstop dengan wartawan di Balai Kota Medan, Jumat (21/1).
Oleh karenanya Bobby meminta, selain perawat dan dokter, penanggungjawab pelaksana vaksinasi juga harus bertanggungjawab atas peristiwa tersebut. Soalnya, jelasnya, jika itu kosong dosis yang telah disediakan dikemanakan. “Itu harus dijelaskan dengan baik. Jadi penanggung jawab kegiatan harus ikut bertanggungjawab. Ini yang kami sarankan,” ungkapnya.
Orang nomor satu di Pemko Medan itu selanjutnya menjelaskan, perawat dan dokter sedang menjalani pemeriksaan di Polresta Pelabuhan Belawan. “Saya juga sudah berkomunikasi dengan Bapak Kapolda Sumut untuk benar-benar melihat bagaimana pemeriksaan ini berjalan dengan selurus-lurusnya. Di samping itu kami juga sudah berkomunikasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Dokter Umum Indonesia (PDUI) untuk memberikan masukan dan pandangan apa sebenarnya yang dilihat secara visual dalam video, serta kira-kira sanksi yang akan diberikan, baik dari pihak berwajib maupun sanksi yang akan dijatuhkan IDI serta PDUI. Itu sudah kita komunikasikan,” jelasnya.
Kemudian Bobby mengungkapkan, berdasarkan info yang diperoleh, anak yang disuntikkan itu tiga bersaudara. Dua orang mengaku pegal-pegal setelah dilakukan penyuntikan vaksin, artinya efek dari vaksin yang disuntikkan masuk. Sedangkan satu anak lagi yang di dalam video viral itu, imbuhnya, mengaku tidak merasa pegal-pegal mungkin karena ada indikasi vaksin yang disuntik tidak masuk (kosong). “Ini masih diperiksa terus,” paparnya.
Terkait pelaksanaan vaksinasi anak usia 6-11 tahun, Bobby menjelaskan, Pemko Medan bersama unsur Forkopimda serta seluruh instansi dan stakeholder yang ada di Kota Medan sudah sepakat untuk melaksanakannya dengan target 14 hari masa sekolah. “Jadi kita sudah bagi-bagi tugas untuk melaksanakan vaksinasi di sekolah-sekolah di Kota Medan, baik negeri maupun swasta,” sebutnya.
Dilakukannya vaksinasi di sekolah, jelas Bobby, agar para orang tua bisa memantau dan melihat langsung kegiatan vaksinasi yang dilakukan. Sebab, tujuan vaksinasi yang dilakukan untuk kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19. Di samping itu Kota Medan yang saat ini sudah berada di Level 1, ungkapnya, sehingga kegiatan belajar mengajarnya sudah bisa dilakukan lebih fleksibel lagi. “Oleh karena sudah saya katakan, Minggu depan pembelajaran tatap muka (PTM) untuk anak-anak kita di SD sudah bisa dilakukan,” ujarnya.
Pelaksanaan PTM untuk siswa SD, terang Bobby, sama seperti yang awal dilakukannya PTM terhadap siswa SMP. Dikatakannya, PTM akan diprioritaskan bagi siswa yang telah mengikuti vaksin. “Metode PTM yang dilakukan sama seperti siswa SMP. Ini sudah dikoordinasikan dengan Dinas Pendidikan,” pungkasnya. (Ozi)