Labuhanbatu Utara-Kapolsek Kualuh Hulu AKP Sahrial Sirait, Bungkam saat dikonfirmasi, terkait Peristiwa tewasnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Labuhanbatu Utara H Aminurrasyid Aruan (50), diduga akibat dibunuh di Panjang Bidang Kelurahan Gunting Saga, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara, Selasa (27/07/2021) sekira pukul 17:30 Wib
Kapolsek Kualuh Hulu diduga alergi saat dikonfirmasi wartawan terkait peristiwa tewasnya Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Labuhanbatu Utara, yang mana pesan konfirmasi yang dikirim lewat What Shapp nya terlihat cek list dua biru, menandakan laporan pesan terkirim dan sudah di baca
Sebelemnya diketahui Ketua MUI Labuhanbatu Utara H Aminurrasyid Aruan (50), tewas dengan bersimbah darah setelah di bacok dan tampak pada vidio yang diunggah disalah satu grup Pemberitaan telapak tangan korban juga putus dan tubuhnya tersungkur didepan rumah warga, Selasa (27/07/2021) sekira pukul 17:30 Wib.
Korban Ketua MUI ini dikenali warga, ditemukan posisi tersungkur dan telapak tangan putus di depan sebuah rumah di Panjang Bidang Kelurahan Gunting Saga, Kecamatan Kualuh Selatan, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara,
Kapolsek Kualuh Hulu AKP Sahrial Sirait, saat dikonfirmasi lewat pesan What Shapp nya sejak pukul 19:00 hingga berita ini disajikan ke pembaca, tidak memberi respon apa apa, pada hal pesan sudah dibaca dengan menunjukkan cek list dua biru, namun sang Kapolsek Kualuh Hulu itu tidak menjawab atau membalas
Kepada wartawan warga yang berada di lokasi berinisial A (47) mengatakan bahwa dia melihat langsung peristiwa tersebut. “Awalnya saya mendengar ada yang jatuh dari sepeda motornya sambil meminta tolong, lalu saya melihat bapak ustadz itu sudah tergeletak didalam parit, lalu dicincang oleh AN dengan menggunakan parang yang cukup panjang,” ungkapnya.
Selain itu Informasi yang dihimpun dari warga yang berada dilokasi juga yang tidak mau disebut namanya, bahwa sebelumnya pelaku AN ditegur oleh Ustadz Aminurrasyid Aruan, karena diduga melakukan pencurian Sawit di ladang korban.
“Mungkin karena merasa tidak terima karena ditegur, AN pun menunggu pak ustadz pulang dari ladangnya dengan membawa parang dan begitu berjumpa, dia langsung menghabisinya,” ungkap warga yang tak mau disebutkan namanya.