Budayawan Suyadi San: Medan Kota Berbudaya Dapat Bermula Dari Titik Nol Kilometer Lapangan Merdeka

1061
Medan Kota
Desain Lapangan Merdeka
Medan- Revitalisasi Lapangan Merdeka bukan saja mengembalikan ruang terbuka kota bersejarah. Program Wali Kota Medan Bobby Nasution ini juga memberikan ruang-ruang bagi kelahiran ide-ide pembangunan, seni, maupun budaya di kota yang multikultural ini.

Dalam berbagai kesempatan Kepala Bappeda Medan, Benny Iskandar pernah mengatakan, disain revitalisasi Lapangan Merdeka diharapkan dapat menjadikan Lapangan Merdeka sebagai “void”, ruang terbuka kota, ruang kontemplasi dan refleksi untuk memahami sejarah masa lalu dan menyiapkan langkah pembangunan ke masa depan.

Benny Iskandar saat memaparkan disain Revitalisasi Lapangan Merdeka, menyebutkan, revitalisasi ini akan menghadirkan panggung rakyat. Ketika tidak digunakan untuk upacara, dapat digunakan sebagai panggung kesenian, baik tradisional maupun modern. Di samping itu, revitalisasi ini juga menghadirkan galeri yang dapat dijadikan persemaian ide-ide kreatif seni dan budaya.

Budayawan Sumut, Suyadi San, S.Pd., M.Si., sangat setuju jika revitalisasi Lapangan Merdeka juga melahirkan ruang ide, seni, dan budaya.

“Saya setuju revitalisasi Lapangan Merdeka juga melahirkan ruang ide, seni, dan budaya, bahkan menurut saya itu wajib dilakukan,” ungkap Suyadi San, kemarin di Medan.

Menurut Suyadi San, Lapangan Merdeka juga bisa menjadi satu paket wisata sejarah, wisata religi, dan wisata budaya. Semua aset sejarah dan budaya di sini merupakan warisan tak ternilai bagi generasi muda.

“Ekosistem kebudayaan, baik budaya benda atau tak benda, bisa ditata dan dibangun di segregasi ini. Adanya Masjid Arab dan Masjid Bengkok di sekitar Kesawan menandakan sejak dahulu tempat ini sangat dengan religiusitas Islam,” ucap Suyadi yang menulis tesis ‘Peran Orang Jawa dan Cina dalam Keruangan Kota, Studi Antropologi Sosial tentang Pengembangan dan Penataan Kota Medan’.

Budayawan yang juga dikenal sebagai sastrawan dan dramawan ini, menyarakan seni dan budaya Islam yg melekat bagi warga Melayu, misal seni hadrah, barjanzi, kaligrafi, orkes kasidah, dan tentu saja ronggeng drama bangsawan, dan ketoprak dor dapat dijadikan komoditas revitalisasi, baik di Lapangan Merdeka maupun kawasan Kesawan.

“Indah sekali jika hal ini jadi komoditas revitalisasi Lapangan Merdeka dan Kesawan,” harapnya.

Untuk itu, Suyadi San mengharapkan agar aparat Pemko Medan melatih diri untuk melayani secara prima guna mewujudkan ruang ide, seni, dan budaya revitalisasi.

“Sikap yang ramah dan bijaksana semua aparat terkait sangat diperlukan,” ucapnya.

Suyadi San juga mengharapkan pegiat seni dan budaya melahirkan karya yang bernilai budaya lokal dan adiluhung sesuai identitas kota Medan.

“Saatnya Medan menjadi kota berbudaya. Bisa bermula dari Titik Nol Kilometer Lapangan Merdeka,” tandasnya. (Afs)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini